Penulis : Su’ud Muliadi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Luar angkasa atau angkasa luar atau antariksa (juga disebut sebagai angkasa), merujuk ke bagian yang relatif kosong dari Jagad Raya, di luar atmosfer dari benda "celestial". Istilah luar angkasa digunakan untuk membedakannya dengan ruang udara dan lokasi "terrestrial".
Karena atmosfer Bumi tidak memiliki batas yang jelas, namun terdiri dari lapisan yang secara bertahap semakin menipis dengan naiknya ketinggian, tidak ada batasan yang jelas antara atmosfer dan angkasa. Ketinggian 100 kilometer atau 62 mil ditetapkan oleh Federation Aeronautique Internationale merupakan definisi yang paling banyak diterima sebagai batasan antara atmosfer dan angkasa.
Di Amerika Serikat, seseorang yang berada di atas ketinggian 80 km ditetapkan sebagai astronot. 120 km (75 mil atau 400.000 kaki) menandai batasan di mana efek atmosfer menjadi jelas sewaktu proses memasuki kembali atmosfir (re-entry). (Lihat juga garis Karman).
[sunting] Batasan menuju angkasa
- 4,6 km (15.000 kaki) — FAA menetapkan dibutuhkannya bantuan oksigen untuk pilot pesawat dan penumpangnya.
- 5,3 km (17.400 kaki) — Setengah atmosfer Bumi berada di bawah ketinggian ini
- 16 km (52.500 kaki) — Kabin bertekanan atau pakaian bertekanan dibutuhkan
- 18 km (59.000 kaki) — Batasan atas dari Troposfer
- 20 km (65.600 kaki) — Air pada suhu ruangan akan mendidih tanpa wadah bertekanan (kepercayaan tradisional yang menyatakan bahwa cairan tubuh akan mulai mendidih pada titik ini adalah salah karena tubuh akan menciptakan tekanan yang cukup untuk mencegah pendidihan nyata)
- 24 km (78.700 kaki) — Sistem tekanan pesawat biasa tidak lagi berfungsi
- 32 km (105.000 kaki) — Turbojet tidak lagi berfungsi
- 45 km (148.000 kaki) — Ramjet tidak lagi berfungsi
- 50 km (164.000 kaki) — Stratosfer berakhir
- 80 km (262.000 kaki) — Mesosfer berakhir
- 100 km (328.000 kaki) — Permukaan aerodinamika tidak lagi berfungsi
Proses masuk-kembali dari orbit dimulai pada 122 km (400.000 ft).
[sunting] Angkasa tidak sama dengan orbit
Kesalahan pengertian umum tentang batasan ke angkasa adalah orbit terjadi dengan mencapai ketinggian ini. Orbit membutuhkan kecepatan orbit dan secara teoritis dapat terjadi pada ketinggian berapa saja. Gesekan atmosfer mencegah sebuah orbit yang terlalu rendah.
Ketinggian minimal untuk orbit stabil dimulai sekitar 350 km (220 mil) di atas permukaan laut rata-rata, jadi untuk melakukan penerbangan angkasa orbital nyata, sebuah pesawat harus terbang lebih tinggi dan (yang lebih penting) lebih cepat dari yang dibutuhkan untuk penerbangan angkasa sub-orbital.
Mencapai orbit membutuhkan kecepatan tinggi. Sebuah pesawat belum mencapai orbit sampai ia memutari Bumi begitu cepat sehingga gaya sentrifugal ke atas membatalkan gaya gravitasi ke bawah pesawat. Setelah mencapai di luar atmosfer, sebuah pesawat memasuki orbit harus berputar ke samping dan melanjutkan pendorongan roketnya untuk mencapai kecepatan yang dibutuhkan; untuk orbit Bumi rendah, kecepatannya sekitar 7,9 km/s (28.400 km/jam — 18.000 mill/jam). Oleh karena itu, mencapai ketinggian yang dibutuhkan merupakan langkah pertama untuk mencapai orbit.
Energi yang dibutuhkan untuk mencapai kecepatan untuk orbit bumi rendah 32MJ/kg sekitar dua puluh kali energi yang dibutuhkan untuk mencapai ketinggian dasar 10 kJ/km/kg.
[sunting] Lihat pula
Penerbit : PT. Garoeda Boeana Indah, Pasuruan, 1993
Di saat banyak orang mengklaim bahwa terdapat batasan dalam pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan agama dan ilmu pengetahuan, maka sang penulis, Su’ud Muliadi mencoba dengan segala upaya menggali dan memperjelas batasan-batasan apa yang melandasi pandangan dan pemikiran seperti itu. Sang penulis berusaha mencari jawaban yang pasti mengenai hal itu, dengan tidak mengurangi fakta-fakta yang telah ada. Sehingga sudah pasti, jika telah membaca buku ini, maka sedikitnya akan menemukan titik terang mengenai masalah yang ada.
Adakah mahkluk luar Angkasa Luar itu? Adakah Piring Terbang atau yang biasa disebut UFO itu? Pernahkah UFO mendarat di Bumi? Di mana? Siapa yang pernah menyaksikan? Siapakah seniman-seniman pembangun bangun-an-bangunan misterius kuno? Siapa pembangun bangunan Piramida di Mesir? Siapa pembangun bangunan di Lembah Besoa dan Bada di Pulau Sulawesi? Adakah benua Atlantis itu? Siapa pembuat peta-peta Piri Rais? Siapa pembangun terowongan-terowongan kuno, Tiang Kutub Minar, Mahenjo-Daro dan Harappa? Siapakah pembangunan bangunan di kerajaan Inca Kuno, bangunan kuno di Nasca, bangunan kuno di Nicaragua, Patung-patung batu di Pulau Paskah? Adakah manusia sebelum nabi Adam? Kalau ada, apa buktinya dan bagaimana rupa dan bentuknya? Mengapakah di zaman kuno ada bangsa-bangsa berkebudayaan tinggi, misalnya bangsa Mesir kuno, Mesopotamia, Yunani, Indian Amerika, India, Cina, Funisia, Persia? Mengapa ada bangsa yang semenjak zaman kuno sampai zaman kini kebudayaannya tetap sama sekali tiada perkem-bangan? Adakah dewa-dewa itu? Siapakah dewa-dewa itu sebenar-nya? Semua pertanyaan itu akan Anda jumpai dalam buku ini.
Dalam buku ini sang penulis mencoba mengu-pas segala sesuatu yang berhubungan dengan Benda Luar Angkasa beserta Makhluknya, yang lebih dikenal dengan Alien, dengan menggali dari berbagai sumber yang dapat dipercaya dan dipertang-gung-jawabkan. Tak heran jika dalam lampiran buku yang dicetak pertama pada tahun 1993 ini terdapat kurang lebih enam puluhan sumber dari berbagai buku dan media cetak lainnya. Karena seperti yang telah dilansir, sang penulis masih merasa kurang puas dengan mendapatkan referensi-referensi yang sudah ada. Selain menguak fakta-fakta yang telah ada, tidak lupa sang penulis juga menyelipkan beberapa penyaksian UFO mulai dari abad 17 sampai abad 20. Dan yang tidak kalah pentingnya, ada laporan tertua pada abad-abad lalu dapat membuat pembaca terkesima. Lalu apa hubungannya dengan ilmu astronomi, ilmu matematika, ilmu metalurgi, ilmu listrik, ilmu genetika, arsitektur, ilmu kedokteran, ilmu penerbangan dan ilmu persenjataan dalam kajian ini? Pertanyaan semacam ini akan dibongkar secara detail dalam buku ini. Selain itu penulis akan mengupas habis tentang peradaban manusia sebelum nabi Adam yang dikaitkan dengan peradaban saat ini. Dan yang terpenting, dalam buku ini dibahas mengenai keistimewaan UFO serta kelemahan-kelemahan teknologi buatan makhluk.
Bagaimana? Secara garis besar, buku ini sang penulis berusaha menghindar dari kesalahan-kesalahan dalam mengapresiasikan karyanya, maka dari itu ia tidak mengabaikan nara sumber-nara sumber yang sudah ada. Sehingga hampir seluruh isi dari buku ini adalah sempurna, karena sang pengarang dalam menulis tulisannya tidak keluar dari jalur topik yang telah ia tentukan. Hanya saja dalam buku ini tidak disertai halaman gambar yang dapat menambah ketertarikan sang pembaca. (esti)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar